Pengertian Bay'at

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir ra
hmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Mu
hammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Bay’at adalah pernyataan secara sadar terhadap suatu hubungan antara guru dengan muridnya.  Murid ‘membiarkan’ syekh dan gurunya bekerja atas dirinya; ia menerima dirinya sebagai murid dan pengikut syekhnya demi kemajuan spiritual menuju tujuannya.

Murid meletakkan tangannya di atas tangan guru atau pada tongkat atau jubahnya.  Orang lain juga dapat terhubung dengan jalan meletakkan tangan kanannya pada bahu kanan orang yang berada di depannya. 


Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS memberikan bay'at kepada Ust. Ece Supriatna dan lainnya di Sukabumi, 2003

Guru mengucapkan,

A’uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim.  Bismillaahir rahmaanir rahiim

Innal ladziina yubaayi’uunaka innama yubaayi ‘uunallaaha yadullaahi fauqa aidiihim, fa man nakatsaa fa innamaa yankutsu ‘alaa nafsihi wa wan awfaa bi maa’aahada ‘alayhullaaha fa sa yu’tiihi ajran ‘azhiimaa. [al-Fath 48:10]

Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu itu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah SWT.  Tangan (kekuasaan) Allah SWT di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya dan barang siapa yang menepati janjinya kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang besar.

Radhiinaa billaahi rabba, wa bil islaami diinaa wa bi sayyidinaa wa nabiyyinaa Muhammadun shallallaahu ta’aala ‘alayhi wa sallam Rasuulan wa Nabiyyan wa bil Qur’aani kitaaba wallaahu ‘alaa maa naqula wakiil. Walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, wa qabilnaa bi sayyidinaa syaykh Muhammad Naazhim al-Haqqaani qudwatan lanaa ila mahabatin Nabiyy shallallaahu ta’aala ‘alayhi wa sallam wa ilat`aliiminaa thariiq il-islaam wa thariiqatin Nabiyyinaa sayyidinaa Muhammad shalla-Allaahu `alayhi wa sallam wa thariqat asy-syari`ah wa sunnatun-nabawiyya-t-isy-syariifa w'Allaahu `ala maa naquulu wakiil

Allahu Allahu Allahu Haqq

Allahu Allahu Allahu Haqq

Allahu Allahu Allahu Haqq

Ilaa Hadrati Nabiyyi (SAW) wa–aalihi wa shahbihil kiraam, wa ilaa arwaahi ikhwanil Anbiyaa’i wal Mursalina, wa Khudamaa’i syaraai’ihim, wa ilaa arwaahil a’immati’il Arba’a, wa ilaa arwaahi Masyayikhinaa fith thariiqatin Naqsybandiyyatil Aaliyyah, khaashatan ilaa ruuhi imamith thariqati Sayyidinaa Syaah Baha-uddin Naqsyband, wa ilaa khaashatan Sayyidinaa Syaykh Abdul Khaaliq al Ghujduwaani, wa ilaa Sulthanul Awliya Sayyidinaa Syaykh ‘Abdullah Fai’iz ad-Daghistaani, wa ilaa Sayyidinaa Syaykh Muhammad Nazhim al Haqqani,   al Faatihah.”


Syekh Raja Ashman turut serta dalam bay'at, 2003

Syekh Nazim QS ketika berada di Damaskus, Syria berkata, “Grandsyekh telah memberi otoritas dari Rasulullah SAW kepada saya untuk seluruh cabang Tarekat Naqsybandi di seluruh penjuru Timur & Barat; agar mereka datang dan memperbaharui bay’at mereka di hadapan kami.   Oleh karenanya, bay’at tersebut adalah sebuah deklarasi bagi semua pengikut Naqsybandi, yang jumlahnya mencapai ratusan, bahkan jutaan: orang merasa takut akan jumlahnya.  Tetapi mereka salah paham, mengira bahwa kita mengejar Dunya, padahal tidaklah demikian—kita hanya mengharapkan rida Allah SWT semata—satu-satunya jalan yang benar bagi seorang hamba adalah mengharapkan rida dari Tuhannya.  Kita tidak menggunakan kekuatan spiritual untuk kehidupan (di dunia) ini tetapi kita menggunakannya untuk mencapai maqam yang lebih tinggi di Surga.  Oleh sebab itu, tidak ada rasa takut pada diri jutaan pengikut Naqsybandi, mereka (orang-orang) harus merasa puas dengan para pengikut Naqsybandi.  Kita adalah Muslim Naqsybandi, target kita hanyalah mencapai rida Allah SWT, Tuhan Pemilik Surga—tidak ada yang lain.  Siapa yang senang terhadap kita, mereka boleh datang—selamat datang—siapa yang tidak, mereka boleh pergi sesuka hati mereka.

Bay'at kepada Ki Ahmad Syahid dan lainnya di Pesantren Al-Falah Nagrek, 2003

Setiap orang di seluruh penjuru di Timur dan Barat harus memperbarui tarekat mereka melalui Grandsyekh mereka—dan beliau memberi izin kepada saya—atas nama Grandsyekh, Saya memberi bay’at kepada setiap orang yang mengikuti Tarekat Naqsybandi—menerima, itu adalah untuk kebaikan mereka—siapa yang menolak, mereka boleh tinggal di mana pun mereka berada, mulai sekarang sampai Hari Pembalasan nanti.

Saya berharap apa yang telah ditanam oleh Grandsyekh di Damaskus akan segera tumbuh—musimnya telah tiba, musim untuk berkembang di seluruh Timur dan Barat serta Utara dan Selatan—di mana-mana orang akan mencari jalan menuju Allah SWT.”

Wa min Allah at tawfiq

Sumber: On The Bridge to Eternity