4 rakaat Fardhu Isya
2 rakaat Sunnah
Niat
Niat untuk melakukan puasa keesokan harinya, disusul dengan niat untuk melaksanakan Salat Tarawih (20 rakaat).
Nawaynaa an nashuuma yawma ghadin al-Ahad min syahri Ramadhaan al-Mubaarak fardhan ‘alaynaa nashuumu imaanan wahtisaaban wa insyaa Allaahu sanushbihu minas-saa-imiin
Catatan:
untuk hari-hari yang lain, Al-Ahad (minggu) diganti dengan lain:
al-Itsnin (senin), ats-Tsalaatsah (selasa), al-Arba'ah (rabu), al-Khamsah (kamis), al-Jumu'ah (jumat) dan as-Sabtu (sabtu)Artinya:
Kami berniat untuk berpuasa pada hari esok (Minggu dst) di bulan Ramadan yang penuh berkah, diwajibkan atas kami untuk berpuasa (di dalamnya) dengan penuh iman dan penuh harap dan insya Allah kami akan memasuki Subuh (esok hari) sebagai orang-orang yang berpuasa.
Liqaa-ullaah yurjaa fiīsh-shiyaam wa nuuru qalbi fil-qīyaam, ta`aalalAllaahu dzul-`arsyil-majīd ash-Shalaatu jaami`ah Shalaatut-taraawiihi atsaabakumullaah. An-nabī yasyfa`u liman yushalli `alayh. Allaahumma shalli `alaa Sayyidinaa Muhammadin wa `alaa aali Sayyidinaa Muhammadin. Allaahumma innaa nas-alukal-jannata wa na`udzu bika minan-naar.
Perjumpaan dengan Allah diharapkan adalah puasa dan cahaya hati ada di dalam qiyam (salat). Maha Tinggi Allah yang mempunyai Arasy yang mulia. Salat tarawih berjamaah. Semoga Allah membalas kalian dengan pahala. Nabi SAW bersyafaat bagi siapa saja yang berselawat atasnya. Ya Allah, limpahkanlah selawat atas junjungan kami Muhammad SAW dan kepada keluarga junjungan kami Muhammad SAW. Ya Allah kami memohon surga dan berlindung kepada-Mu dari neraka.
Salat Tarawih (20 rakaat, 2-2)
Salat Witir (3 rakaat)
Lalu dibaca: `alaa Rasuulinash-Shalawaat
Dilanjutkan dengan bacaan awrad Salat Isya seperti biasanya, termasuk ayat Aamanar Rasuul
Sumber:
The Naqshbandi Sufi Tradition: Guidebook of Daily Practices and Devotions
by Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
© 2004, Islamic Supreme Council of
Catatan:
Mengenai qunut dalam witr,
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani melakukan qunut witr-nya
sebelum ruku' dengan takbir satu kali (sambil
mengangkat tangan lalu kembali bersedekap), masih
dalam keadaan berdiri. Dan doa qunut-nya tidak
dijaharkan (tidak dikeraskan). Ini sesuai dengan
pendapat umumnya Mazhab Hanafi (Mazhab Fiqh Mawlana
Syaikh Nazim q.s.).