Imam al-Jazuli mempunyai nama lengkap Abu Abdullaah Muhammad bin Suleiman bin Abu Bakar al-Jazuli al-Simlali QS.
Menurut biografinya beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Berber di Jazula, yang tinggal di daerah Sus di Maroko antara samudra Atlantik dan pegunungan Atlas. Beliau belajar di sekolah setempat, lalu meneruskan ke Madrasah as-Saffariin di daerah Fez yang sampai sekarang kamarnya masih banyak dikunjugi orang. Setelah terjadi perseteruan antar suku, beliau meninggalkan daerah itu dan menghabiskan masa 40 tahun berikutnya di Mekah, Madinah dan Yerusalem. Kemudian beliau kembali lagi ke Fez dan menyelesaikan kitab Dalail al-Khairat.
Beliau di-bay’at ke dalam Tarekat Syadzili oleh Syekh Syarif Abu Abdullah Muhammad bin Amghar QS. Beliau melakukan khalwat selama 14 tahun, lalu pergi ke Syafi, di mana beliau mendapat banyak pengikut. Gubernur Syafi merasa perlu untuk mengusirnya dan hal itu mengundang kemurkaan Allah SWT, akibatnya kota itu dikuasai Portugis selama 40 tahun. Menurut riwayat, Gubernur Syafi-lah yang memenjarakannya dan menyebabkan kematiannya, saat beliau sedang melakukan salat, yaitu pada tahun 869 AH (atau 870 atau 873). Tujuh puluh tujuh tahun setelah kematiannya, makamnya digali kembali untuk dipindahkan ke Marrakesh, ternyata tubuhnya ditemukan masih dalam keadaan utuh (diambil dari Encyclopaedia of Islam, 1957, Leiden).
Menurut suatu riwayat, penulis Dalail al-Khairat pernah melakukan suatu perjalanan, ketika beliau membutuhkan air untuk berwudu, beliau pergi ke sebuah sumur, tetapi beliau tidak bisa mencapainya karena tidak mempunyai tali dan ember. Beliau menjadi resah, lalu seorang gadis datang untuk membantunya. Dia meludah ke dalam sumur dan tiba-tiba air sumur keluar atas kemauannya sendiri. Melihat keajaiban ini, beliau bertanya kepada gadis itu, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Jawabnya, “Aku bisa melakukan hal ini dengan memohon berkah kepada Rasulullah SAW.” Melihat betapa pentingnya melakukan selawat kepada Rasulullah SAW, baliau memutuskan untuk menulis kitab Dalail al-Khayrat.
Menurut biografinya beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Berber di Jazula, yang tinggal di daerah Sus di Maroko antara samudra Atlantik dan pegunungan Atlas. Beliau belajar di sekolah setempat, lalu meneruskan ke Madrasah as-Saffariin di daerah Fez yang sampai sekarang kamarnya masih banyak dikunjugi orang. Setelah terjadi perseteruan antar suku, beliau meninggalkan daerah itu dan menghabiskan masa 40 tahun berikutnya di Mekah, Madinah dan Yerusalem. Kemudian beliau kembali lagi ke Fez dan menyelesaikan kitab Dalail al-Khairat.
Beliau di-bay’at ke dalam Tarekat Syadzili oleh Syekh Syarif Abu Abdullah Muhammad bin Amghar QS. Beliau melakukan khalwat selama 14 tahun, lalu pergi ke Syafi, di mana beliau mendapat banyak pengikut. Gubernur Syafi merasa perlu untuk mengusirnya dan hal itu mengundang kemurkaan Allah SWT, akibatnya kota itu dikuasai Portugis selama 40 tahun. Menurut riwayat, Gubernur Syafi-lah yang memenjarakannya dan menyebabkan kematiannya, saat beliau sedang melakukan salat, yaitu pada tahun 869 AH (atau 870 atau 873). Tujuh puluh tujuh tahun setelah kematiannya, makamnya digali kembali untuk dipindahkan ke Marrakesh, ternyata tubuhnya ditemukan masih dalam keadaan utuh (diambil dari Encyclopaedia of Islam, 1957, Leiden).
Menurut suatu riwayat, penulis Dalail al-Khairat pernah melakukan suatu perjalanan, ketika beliau membutuhkan air untuk berwudu, beliau pergi ke sebuah sumur, tetapi beliau tidak bisa mencapainya karena tidak mempunyai tali dan ember. Beliau menjadi resah, lalu seorang gadis datang untuk membantunya. Dia meludah ke dalam sumur dan tiba-tiba air sumur keluar atas kemauannya sendiri. Melihat keajaiban ini, beliau bertanya kepada gadis itu, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Jawabnya, “Aku bisa melakukan hal ini dengan memohon berkah kepada Rasulullah SAW.” Melihat betapa pentingnya melakukan selawat kepada Rasulullah SAW, baliau memutuskan untuk menulis kitab Dalail al-Khayrat.