Hargailah Nabimu SAW

Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Khotbah Jumat 30 Agustus 2002

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 

Wahai Muslim, wahai orang-orang yang beriman, hari-hari berlalu, minggu dan pekan pun berlalu, bulan-bulan berlalu, tahun-tahun pun berlalu, dan setiap orang suatu hari nanti akan meninggalkan segala sesuatunya di belakangnya dan pergi… Tak seorang pun yang akan tertinggal di belakang.  Apa pun yang kita usahakan dan lakukan, kita akan pergi dan meninggalkannya.  Allah SWT-lah yang memiliki diri kita.  Kita tidak memiliki diri kita sendiri.  Allah SWT telah menciptakan kita dan Allah SWT mencintai ciptaan-Nya. 

Seseorang yang menulis suatu kaligrafi yang indah, tulisan atau seni yang indah, ia pun begitu bangga dengan apa yang telah ia hasilkan.  Ia ingin agar orang lain menyukainya pula, ia ingin orang lain menghargai dan mengapresiasi karya seninya.  Dan kita sebagai Muslim, percaya bahwa Allah SWT telah menciptakan diri kita.  Dan tentu saja, Allah SWT mencintai kita, dan tentu saja Allah SWT ingin kita menghargai Diri-Nya Yang telah menciptakan kita, dan Dia membawa kita ke kehidupan ini untuk mengenal-Nya, mengetahui Diri-Nya. 

Allah SWT berfirman (dalam hadis Qudsi), “Kuntu kanzan makhfiyya, fa aradtu an u’raf fa khalaqtu al-khalq”  “Aku adalah Harta yang tersembunyi, Aku ingin diketahui maka Kuciptakan makhluk.”  Allah SWT menciptakan kita untuk mengenal-Nya. Maka, penghargaan itu, bahwa Allah SWT telah menciptakan kita ditunjukkan dengan jalan ibadah.  Bagaimanakah kita akan menghargai seseorang?  Seorang anak menghargai perbuatan baik ayah dan ibundanya, dengan menunjukkan kecintaan pada mereka.  Sang anak menunjukkan rasa hormatnya dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya, khususnya bagi anak yang berbakti pada orang tuanya.  Jadi, sebagai Muslim, kita pun berbakti kepada Allah SWT.  Dan jalan terbaik untuk menunjukkan pada-Nya penghargaan kita tersebut, adalah dengan ibadah. 

Dan Allah SWT berfirman, “Wa maa khalaqtu al-jinna wa l-insa illa liya’buduuni” “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” [51:56].  Dan ibadah bisa dalam berbagai bentuk, di samping lima bentuk kewajiban yang harus kalian lakukan (dalam rukun Islam).  Ibadah bisa ditunjukkan dengan berbagai cara yang berbeda: dengan mengunjungi orang yang sakit, dengan menolong orang lain, dengan melakukan yang bermanfaat bagi orang lain, membantu mereka dalam kehidupan mereka, membantu tunawisma, menunaikan zakat, dan lain-lain.  Itulah jenis-jenis penghargaan kita terhadap apa yang Allah SWT telah berikan pada kita. 

Dan yang paling penting, hari ini, Allah SWT menghendaki kita untuk memberikan penghargaan dan apresiasi kita pada apa yang telah Ia ciptakan bagi kita.  Dan Ia telah memilihnya untuk menjadi Yang Terbaik, untuk menyampaikan pesan-pesan Islam.  Saya akan menunjukkan penghargaan bagi Nabi kita tercinta, Sayyidina Muhammad SAW ‘alayhi afdalus salaatu wassalaam.  Allah SWT ingin agar kita menunjukkan penghargaan pada Nabi SAW, karena “Man athaa’ar Rasuul faqad athaa’allah” “Barangsiapa taat pada Rasul SAW sungguh dia telah taat pada Allah SWT” [1].  Allah SWT telah menjadikan Nabi-Nya SAW sebagai pintu gerbang, sebagai jembatan atau sebagai jalan raya bebas hambatan untuk mencapai Hadirat Allah SWT.  Jika kalian menyangkal jalan itu, yaitu ittiba’ khuthar Rasuul” atau mengikuti jejak langkah Nabi SAW, maka itu berarti kalian tidak menghargai apa yang telah dikaruniakan Allah SWT pada kita. 

Dengan alasan itulah, Allah SWT berfirman dalam Quran Suci, “Innallaha wa malaa-ikatahu yushalluuna ‘alan Nabiy. Yaa Ayyuhal ladziina Aamanuu shallu ‘alaihi wasallimuu tasliiman.” “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi SAW.  Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi SAW dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [33:56].  Dia berfirman “Yaa Ayyuhal ladziina Aamanuu” “Wahai Orang Beriman” Dia mengkhususkan pada orang beriman (mu’min).  Tidak setiap Muslim adalah Mukmin, tetapi setiap Mukmin adalah Muslim.  Muslim bisa menjadi seorang Muslim, tapi mungkin ia tidak salat, ia mengatakan “Laa ilaaha illa-Allah Muhammadun Rasulullah SAW”.  Dia seorang Muslim.  Kalian tidak bisa mengatakan padanya, “Kau bukan seorang Muslim.”  Ia mungkin berbuat dosa dan meninggalkan salat, tetapi kalian tidak bisa mengatakan padanya, “Hei kamu bukan Muslim.”  Tetapi seorang Mukmin sejati adalah seorang Muslim sejati.  Karenanya, Allah SWT berfirman, “Yaa Ayyuhal ladziina Aamanuu” “Kalian, kalian yang Mukmin, kalian tahu, dan kalian dapat menghargai apa yang telah Ku-karuniakan padamu, kalian tidak lagi berada di Taman Kanak-Kanak.”  Seperti kita, Muslim, kita masih berada di Taman Kanak-Kanak, kita masih berusaha untuk belajar.  Tetapi, ketika kita telah mencapai tingkatan Iman, maka selesailah.  Sekarang kita tahu kewajiban dan tugas kita.  “Maka, wahai Mukmin! Shalluu ‘alan Nabiy, Yaa Ayyuhal ladziina Aamanuu shalluu ‘alayhi” “Berselawatlah bagi Nabi SAW!”  Ini suatu perintah!  Karena dalam selawat atas Nabi SAW ada barakah bagi kita. 

Lihatlah apa yang Nabi SAW katakan. “Fa ’anil Bara’ ibn ‘Azm, annan Nabiyya shall-Allahu ‘alayhi wasallam qaala, ‘Man shalla ‘alayya marratan’ “Barangsiapa yang mendoakan (berselawat) untukku satu kali” dan ini adalah untuk Mukmin.  Bagi Mukmin ini adalah suatu tugas, suatu kewajiban.  Untuk Muslim, kita masih berjuang sebagai Muslim, kita belum mencapai derajat Mukmin.  Mukmin berarti ia yang telah mencapai derajat tertinggi dari Iman, kita tidak lagi berbohong, kita tak lagi menipu, tak lagi berkhianat.  Muslim sedang berjuang untuk mencapai kesempurnaan dalam tingkatan Iman. Beliau bersabda, “Man shalla ‘alayya marratan” “Barangsiapa berselawat atasku satu kali” “kataballahu ta’ala lahu ‘asyru hasanaat” “Allah SWT akan menuliskan baginya sepuluh kebaikan” “Wa mahha ‘anhu ‘asyru sayyiaat” ”Dan Allah SWT menghapuskan darinya sepuluh keburukan” “wa rafa’ahullah ‘asyru darajaat” “Dan Allah SWT meninggikannya”  Ke mana Allah SWT meninggikannya?  Beliau mengatakan “meninggikannya”.  Ke mana?  Ini berarti terdapat derajat-derajat yang Allah SWT sediakan untuk meninggikan Mukmin, atau Muslim, saat mereka mengucapkan selawat atas Nabi SAW, saat mereka mendoakan Nabi SAW. Allah SWT meninggikannya “sepuluh derajat”. “wa kunna lahu adlu ‘asyru riqaab”dan akan ada sepuluh derajat ini ketika ia melakukan selawat itu seakan-akan ia membebaskan sepuluh orang dari perbudakan.”  Berapa banyak di zaman Nabi SAW terdapat perbudakan, saat mana Nabi SAW biasa membebaskan mereka dari perbudakan, dari siksaan tuan mereka?  Berapa banyak orang yang menderita akibat perbudakan? “Seakan-akan ia telah membebaskan sepuluh budak.”  Tidak hanya dari perbudakan, tetapi juga dari api neraka.  Itu hanya untuk satu kali selawat atas Nabi SAW. 

“An ‘Aa-isyata radhiyallahu ‘anha” suatu hadits lain. Sayyidah ‘Aisyah RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Maa min ‘abdin salla ‘alayya shalaatan” “Tidaklah seorang hamba berselawat atasku satu kali” “illa kharaja bihaa malikun” ”melainkan seorang Malaikat akan keluar darinya”yajii-u biha wajhur Rahman” “dan membawa selawat itu ke Hadirat Allah SWT” “fa yaquulu Rabbuna Tabaraka wa Ta’ala” “maka Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala akan berfirman pada malaikat yang membawa selawat atas Nabi SAW itu” “idzhabu bihaa ilaa qabri ‘abdii” “bawalah selawat itu dan pergilah ke kubur hamba-Ku itu di masa depan di saat ia akan masuk ke kubur itu”tastaghfiru li shaahibihaa wa tukirru bihaa ‘aynuhu” Jika orang itu di dunia berselawat satu kali atas Nabi SAW sebagaimana dikatakan ‘Aisyah RA, maka malaikat yang membawa selawat itu pergi ke Hadirat Allah SWT, dan Allah SWT akan mengatakan pada malaikat itu, “Jika hamba-Ku mati, bawalah selawat itu dan pergi ke kuburnya.  Selawat itu akan memintakan ampunan bagi hamba-Ku yang ada di kubur itu hingga ia akan berbahagia.” Tukirru bihaa ‘aynuhu” berarti matanya akan amat berbahagia atas apa yang akan ia terima sebagai balasan atas selawat yang telah ia lakukan. 

Wahai Muslim, inilah cara menunjukkan penghargaan pada Allah SWT, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Quran Suci kepada Nabi SAW, “qul la as-alukum ‘alayhi ajran illa l-mawaddata fi l-qurba” [42:23].  Allah SWT berfirman pada Nabi SAW untuk mengatakan pada kita, “Katakanlah: ’Wahai Muslim aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali agar kalian menjaga keluargaku, agar kalian menjaga sukuku, agar kalian menjagaku’”. Dan bagaimana kita menunjukkan penghargaan kita dan menjaga Nabi SAW?   Kita tidak mampu menjaga beliau, beliaulah yang dapat menjaga kita, namun kita bisa menunjukkan cinta kita pada beliau dengan selawat.  Dan karena itulah, selawat itu akan menjadi penyelamat diri kita di Hari Pembalasan.  “Man shalla ‘alayya, wa jawad lahu syafaa’atii” “Barangsiapa berselawat atasku, Allah SWT akan memberiku kekuatan padaku  untuk memberikan syafaat baginya di Hari Pembalasan”

Ibn Dawud RA meriwayatkan dari Abu Bakr ash-Shiddiq RA berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW dalam Haji Wada’ bersabda, ’Innallaha ‘azza wa Jalla qad wahaba lakum dzunuubakum ‘indal istighfar’ “Sesungguhnya Allah SWT ‘azza wa jalla, qad wahaba lakum dzunuubakum” bermakna “Dia memberikan dosamu kembali kepadamu, berkata, ‘wahai hamba-Ku dosa ini kini ada ditanganmu.  Beristighfarlah pada-Ku, maka Ku-ampuni dirimu.  Kuberikan semua dosa ini padamu seakan-akan dosa itu tak pernah terjadi.  Kau bisa menghapusnya dengan tanganmu.” Dan itulah maknanya “qad wahaba lakum dzunuubakum ‘indal istighfar” Artinya secepat kalian beristighfar, secepat itu pula Allah SWT akan menghapuskan seluruh dosa kalian. “fa man istaghfara bi niyyatin shaadiqaa” “Dan barangsiapa memohon ampun bertobat kepada Allah SWT dengan niat yang sungguh-sungguh” “ghufira lahu” “Allah SWT akan mengampuninya”. “Wa man qaala Laa ilaaha ill-Allahu”  “Dan barangsiapa pernah mengucapkan dalam hidupnya Laa ilaaha illallah “razaha l-miizaan”timbangan kebaikannya di Hari Kiamat akan menjadi berat”.  Artinya, jika dosa kalian berat, saat kalian mengucap Laa ilaaha illallah di dunia, kebaikan kalian akan menjadi lebih berat.  Selalu kebaikan kalian akan lebih berat dari dosa kalian.  Lalu apakah cara yang mudah untuk mengucap Laa ilaha illallah?  Mengapa orang-orang merasa sulit untuk mengucapkan Laa ilaha ill-Allah saat mereka mengendarai mobil mereka, setiap hari, saat menuju tempat kerja mereka?  Apa sulitnya mengucapkan Laa ilaha ill-Allah?  Buatlah lidah kalian selalu bergerak dengan zikrullah!  Dan beliau bersabda di akhir hadis, “Wa man salla ‘alayya”  “Dan barangsiapa berselawat atasku”, Sayyidina Muhammad SAW bersabda, “kuntu syafii’uhu yaumal Qiyamah”  “aku akan menjadi perantaranya, aku akan minta pada Allah SWT untuk menyelamatkan orang itu di Hari Kiamat jika ia mendoakan dan memujiku”. “Wa man shalla ‘alayya kuntu syafii’uhu yaumal Qiyamah” ”Siapa yaang memujiku dan mendoakan diriku, Allah SWT akan memberiku kekuatan untuk memohon-Nya untuk menyelamatkan orang itu dan mengirimkannya ke surga.” 

Wahai Muslim, penghargaan, apresiasi, adalah indah, sebagaimana telah kami katakan di awal Jumat.  Penghargaan atas apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita adalah indah dan baik.  Dan karena itu Dia berkata, “Untuk menghargai Diri-Ku yang telah menciptakanmu, hargailah utusan-Ku,” Sayyidina Muhammad SAW, “Melalui dia, dirimu dapat masuk surga.  Tanpa dia, bagaimana dirimu dapat masuk ke dalam surga?  Dia adalah Kekasih-Ku”. “Man athaa’ar Rasuul faqad athaa’allah” “Barang siapa taat pada Rasul SAW sungguh dia telah taat pada Allah SAW.” 

Dan akan saya akhiri, diriwayatkan oleh Tirmidzi RA (dalam sahihnya), An Anas annan Nabiyya qaala, ‘aulan naasi wubiya yaumal qiyaamati aktsaruhum ‘alayya sholaatan.’” “Orang pertama yang akan mendapat syafaat dariku adalah ia yang berselawat atasku paling banyak.” Beliau bersabda, “Aktsaruhum ‘alayya salaatan” “siapa yang PALING BANYAK berselawat atasku selama hidup mereka”. Artinya siapa yang paling banyak melakukan selawat, akan menjadi yang pertama memperoleh syafaat beliau.  Yang paling banyak kedua melakukan selawat, akan menjadi yang kedua pula menerima syafaat dari beliau.  Jadi, tidaklah benar kalau ada orang yang mengatakan bahwa perintah “berselawat atas Nabi SAW sebanyak-banyaknya” tidak pernah disebutkan atau tidak diperbolehkan.  Tidak benar demikian!  Hal ini disebutkan dalam Sahih at-Tirmidzi.  Beliau bersabda, “Mereka yang paling banyak berselawat atasku, berlebihan dalam berselawat atasku mereka akan menjadi yang pertama memperoleh syafaatku”. 

Wahai Muslim, itulah yang telah Allah SWT karuniakan pada kita, yaitu seorang nabi yang mana beliau senang dan merasa paling terhormat untuk mengatakan, “Innii ‘Abdullah” “Aku adalah hamba Allah SWT” ketika Allah SWT menceritakan tentang beliau, “Subhanalladzii asraa bi ‘abdihi” “Mahasuci Dia yang memperjalankan hamba-Nya” [17:1].  Tak pernah Nabi SAW melampaui batas kehambaan ini.  Beliau tahu batasan beliau.  Dan bagi seluruh Muslim di seluruh dunia, tak pernah seorang Muslim pun, dengan selawatnya yang berlebihan dan banyak atas Nabi SAW, berpikir sekali pun, bahwa Nabi SAW lebih dari seorang hamba, seorang hamba yang sempurna bagi Tuhannya. 

Wahai Muslim, berdoalah bagi nabimu.  Shallu ‘alan Nabiy!”, berselawatlah atas nabimu.  Dengan selawat atasnya, bagaikan semerbak parfum wangi yang dengannya Allah SWT akan memakaikannya pada kalian, pakaian kesempurnaan, pakaian parfum yang wangi, yang akan melepaskan diri kalian dari segala macam kesulitan.

 

Dan Insya Allah, di waktu lain, kita akan melanjutkan untuk menjelaskan betapa pentingnya pujian dan selawat atas Nabi SAW, yang akan menyelamatkan diri kita dari segala kesulitan dan membuat Allah SWT mendukung diri kita, memberi kita berbagai macam rezeki yang kita butuhkan dalam hidup kita.

 

Catatan kaki:

[1] Dalam Alquran surat an-Nisaa' [4:80]

Man yuti’i r-rasuula faqad ataa’a Allah

“Barangsiapa yang mentaati Rasul SAW, sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT.”