Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
13 Oktober 2006/21 Ramadan 1427
A'uudzubillaahi minasy
syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir
rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu
'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa
Shahbihi ajma'iin
Pengantar
Pada hari sebelum 10 terakhir di bulan Ramadan,
pada waktu Ashar, berniatlah untuk melakukan I’tikaf atas nama diri sendiri,
para leluhur, dan anak-anak kita. Mintalah dukungan kepada Rasulullah (s),
Grandsyekh `Abdullah Daghestani (q), Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani (q), dari
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani (q) dan para awliya. Berikan pahalanya (ihda) kepada Nabi (s), ahlul bait, para
awliya, Grandsyekh, Mawlana Syekh Nazim (q), Mawlana Syekh Hisyam (q) dan
kemudian orang-orang yang kalian inginkan.
I’tikaf di masa Nabi (s) dilakukan pada 10 hari
terakhir, yang paling penting adalah memisahkan diri dari suami atau istri
kalian. Itu adalah hal utama dalam I’tikaf,
yakni bahwa kalian tidak melakukan hubungan (suami-istri) pada saat kalian
berada dalam I’tikaf. Dan itulah
sebabnya mereka biasanya pergi ke masjid karena tidak ada tempat lain untuk
melakukannya di hadapan Nabi (s). Sekarang ini, orang-orang bisa juga melakukan
I’tikaf di rumah. Kalian dapat
melakukannya di ruangan yang terpisah dari suami atau istri kalian. Itulah I’tikaf.
Kalian memutuskan untuk memasuki suatu
latihan yang berat di mana kalian ingin selalu berada di Hadirat Ilahi, bukan di
dunia.
I’tikaf adalah sebuah langkah sebelum khalwat,
jadi ia melatih kita untuk mampu berada dalam khalwat selama 40 hari, kalian
ingin berada di Hadirat Ilahi, itulah sasaran kalian. Berada bersama Allah (swt) dan Nabi-Nya (s).
Syekh kalian akan memberikan beberapa awrad untuk
dilakukan agar kalian dapat mencapai semacam pembersihan atau pengkilapan diri
kalian yang membuat kalian mampu di masa depan, jika kalian terus melakukan
itikaf, itu akan membuat kalian mampu meraih suatu pemahaman yang benar tentang
khalwat. I’tikaf sangat penting karena
ia akan membawa kalian dalam perjalanan tersebut.
`Akafa dalam bahasa Arab berarti `akafa `ala shay adalah berpaling menuju ke arah itu atau ke sana,
menuju sesuatu dan menjaganya tanpa perubahan, terus-menerus secara konstan
(istiqamah) melakukannya. Kalian
mengatakan `aakiftu ākul ath-thamr,
aku memutuskan untuk selalu memakan kurma. `Akafa
adalah melakukan sesuatu terus-menerus, secara konstan dan non stop.
Jadi I’tikaf selama 10 hari adalah memutuskan
untuk berpaling menuju Allah (swt) selama 10 hari ini dan menjauh dari segala
hal yang mengganggu atau memutuskan segala hubungan dengan yang lain, selain
dengan Hadirat Ilahi ini.
Jadi para Sahabat biasanya tinggal di dalam
masjid, tetapi bila ada sesuatu yang penting yang mengharuskan mereka pulang ke
rumah, mereka melakukannya, karena itu bukanlah khalwat sepenuhnya. Jika mereka
ingin mandi, mereka pergi lalu kembali lagi. Yang paling penting adalah tidak
berhubungan dengan istri atau istri dengan suami, hubungan antar suami istri.
Dalam I’tikaf, mereka boleh makan apa saja, tidak
ada batasan. Dalam khalwat kalian hanya boleh memakan sejenis makanan, yaitu
lentil. Orang-orang dalam I’tikaf akan
menyibukkan diri selama 10 hari terakhir dengan berbagai ibadah siang dan
malam. Mereka harus memahami betul bagaimana melindungi diri mereka dari semua
bisikan setan yang negatif di telinga mereka.
Pertama sedapat mungkin, mereka tidak berbicara
dengan orang lain. Kalaupun mereka dapat bicara, sesuatu tentang Islam dibolehkan.
Dalam I’tikaf, kalian boleh mendengarkan ceramah, mengajukan pertanyaan,
mendengarkan hadis, tetapi itu harus ditujukan untuk tujuan non duniawi, tidak
perlu bicara tentang pergi ke supermarket, atau, “Mainan apa yang akan
kubelikan untuk anakku?” Yang menjadi fokus adalah Allah (swt) dan Nabi-Nya (s).
Kalian memulainya sebelum Maghrib, bagi wali
Allah 24 jam dimulai pada saat Maghrib.
Jadi, jika kalian memutuskan untuk pergi, kalian
pergi 2 jam sebelum Maghrib, ambil wudu dengan niat melakukan I’tikaf, lalu
kalian masuk dan duduk di sana, dan mulai melakukan awrad yang diberikan kepada
kalian, awrad normal yang diberikan kepada setiap orang adalah membaca satu
hingga 3 juz Alquran sehari, jika mereka bisa membaca Alquran. Jika mereka
tidak bisa membaca Alquran, mereka dapat membaca artinya. Lalu bacalah Dalail
al-Khayrat setiap hari satu juz. Jika mereka tidak bisa membacanya, mereka
dapat membaca shalawat Nabi (s) 100 kali sebagai pengganti Dalail al-Khayrat.
Dan jika mereka tidak bisa membaca Alquran, mereka dapat membaca qul huwa Allahu ahad 100 kali dan 3 juz
sama dengan 300 kali qul huw Allahu ahad.
Instruksi
Mulai pada hari pertama, ambillah wudu di
zawiyah, lakukan adab tarekat, dilanjutkan dengan Salat Maghrib berjamaah,
setelah itu lanjutkan membaca adab hingga Isya.
Niat:
Nawaytu ‘l-arba’in, nawaytu
‘l-`itikaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyadhah, nawaytu
‘s-suluk, lillahi ta’ala fii haadzal-masjid (atau fii haadzal-jaami`)
Aku berniat 40 (hari mengasingkan diri), aku
berniat untuk beritikaf, aku berniat khalwat, aku berniat mendisiplinkan (ego),
aku berniat mengadakan perjalanan di jalan Allah (swt), demi Allah di masjid
ini.
Zikir Harian:
Allah, Allah, 5.000 kali dalam hati (khafi), 5.000 kali bersuara (jahar);
dibaca hingga 48.000 atau 74.000 kali.
Shalawat: Allaahumma
shalli `alaa Muhammadin wa `alaa aali Muhammadin wa sallim, 2.500
hingga 24.000 kali.
La ilaha ill-Allah, 1.000 kali
Subhaanallah wa bihamdihi subhaanallah il-`Azhiim, astaghfirullah 100 kali.
Astaghfirullah al-`Azhiim wa atuubu ilayh, 100 kali.
Subuuhun qudduusun rabbunaa wa rabb ul-malaaikati war-ruh, 100 kali.
Bismillaahir rahmaanir rahiim, dzaalika taqdiirul-`aziiz il- `aliim, 100 kali.
Alhamdulillah, 100 kali.
Syukran lillaah, 100 kali.
Subhaanallaah, 100 kali.
Allaahu akbar, 100 kali.
Hasbunallah wa ni`mal wakiil, 100 kali.
La hawla wa la quwatta illa billahil `Aliyyil `Azhiim, 100 kali.
1 juz
Alquran atau Surat al-Ikhlash 100 kali.
1 hizib
(bab) Dalail al-Khayrat atau selawat 100 kali.
Dalam
melakukan semua awrad berusahalah untuk bermeditasi merenungkan maknanya.
Prosedur Harian
Hari dimulai pada saat Maghrib. Ambillah wudu 2
jam sebelum Maghrib, lalu bacalah awrad sebelum matahari terbenam. Setelah
Salat Maghrib berjamaah, lanjutkan pembacaan awrad harian hingga Isya, dan
dilanjutkan kembali setelah Salat Isya.
Bangunlah sebelum Subuh, kira-kira pukul 2 dini
hari, lalu lakukan Salat Wudu dan Salat Tahajjud. Sambil menunggu yang lain,
bacalah laa ilaha ill-Allah 1.000
kali, Surat al-Ikhlash 1.000 kali,
dan awrad lainnya seperti yang telah disebutkan di atas. Bagilah bacaan-bacaan
itu dalam set yang terdiri dari 100.
Bila kalian selesai satu set, lanjutkan dengan
set berikutnya.
Misalnya: lakukan zikir, laa ilaha ill-Allah 100 kali,
lalu al-Ikhlash
100 kali,
Subhaanallah wa bihamdihi
subhaanallah il-`Azhiim, astaghfirullah 100 kali, Astaghfirullah
al-`Azhiim wa atuubu ilayh 100 kali,
Subuuhun qudduusun rabbunaa
wa rabb ul-malaaikati war-ruh 100 kali, Bismillaahir rahmaanir
rahiim, dzaalika taqdiirul-`aziiz il- `aliim 100 kali,
Alhamdulillah 100 kali,
Syukran lillaah 100 kali,
Subhaanallaah 100 kali,
Allaahu akbar 100 kali,
Hasbunallah wa ni`mal wakiil
100 kali,
kemudian La
hawla wa la quwatta illa billahil `Aliyyil `Azhiim 100 kali.
Lalu bila masih ada waktu, bacalah:
Ya Shamad, 500 kali
Astaghfirullah, 500 kali dengan niat bahwa sejak hari Allah (swt)
menciptakan hingga kini Allah SWT akan mengampuni kalian.
Astaghfirullah, 500 kali dengan niat bahwa sejak hari ini
hingga Yawmil Hisab, Allah (swt) akan melindungi kalian.
Alhamdulillah, 500 kali bersyukur bahwa Allah(swt) telah
menciptakan kalian sebagai Umat Nabi (s) dan membuat kalian menjadi murid Syekh
Nazim (q).
Alhamdulillah, 500 kali bersyukur bahwa Allah (swt) tidak
menciptakan kalian sebagai umat (nabi-nabi) yang lain.
Lalu jika kalian mempunyai waktu, lakukan awrad
yang telah saya sebutkan, selalu hubungkan hati kalian dengan Mawlana Syekh
Nazim (q), yang kita sebut rabitha
dan muraqaba kepada Mawlana Syekh
Nazim (q). Rabitha dan muraqabah
harus selalu ditujukan kepada Mawlana Syekh Nazim (q). Hari demi hari kalian
akan menjumpai suatu pergumulan hebat dalam diri kalian, berusaha untuk membuat
kalian pergi dan oleh karenanya akan sangat sulit bagi kalian untuk duduk.
Kalian dapat duduk di makam dan melakukannya di
sana.
Bagi yang ingin melaksanakannya sebagian, ia
dapat melakukannya mulai dari Ashar ke Maghrib, Maghrib ke Isya dan sejak dini
hari hingga Subuh.
Bagi yang ingin melaksanakannya secara penuh, ia
harus melakukannya selama 24 jam, dengan istirahat 5-6 jam.
Tunggu jemaah yang lainnya untuk melaksanakan
Salat Najat, Syukur dan Tasbih.
Lalu lakukan Salat Subuh berjamaah, lengkap
dengan awradnya dan lanjutkan dengan awrad masing-masing hingga Salat Isyraq.
Setelah Salat Isyraq, boleh beristirahat hingga
pukul 10 atau lebih, lalu bangun untuk melaksanakan Salat Dhuha 8 rakaat.
Kemudian lanjutkan membaca awrad mulai dari
5.000, 5.000 Allah, Allah hingga
48.000 atau 74.000, shalawat 2.500 kali dan seterusnya.
Peraturan
Tidak ada pantangan untuk makanan, apa saja
boleh. Makan sahur dan buka puasa dilakukan bersama-sama.
Semua salat harian dilakukan secara berjamaah,
yang dilakukan sendiri-sendiri adalah ketika mereka menyelesaikan seluruh
salat, mereka lalu melakukan semua adab zikir, membaca Alquran dan Dalail
Khayrat masing-masing. Setelah menyelesaikan semua awrad, mereka boleh melanjutkannya
dengan awrad apa saja yang ada dalam Guidebook
(Buku Panduan) Tarekat Naqsybandi.
Yang terpenting adalah tidak boleh melakukan
hubungan suami-istri.